Oleh: Kenny Soejatman
Perlu kita ingat bahwa kepanikan dan koreksi pasar di awal April 2025 adalah sebuah golden opportunity.
Investor yang sadar bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid dan bisa mengambil manfaat dari kebijakan Trump, berhasil mencetak keuntungan seiring melesatnya IHSG dari April hingga Agustus.
Buktinya:
- Recovery IHSG: dari titik terendah di level 5.967 pada April, bisa rebound ke level 7.800 pada akhir Agustus 2025, sama dengan level tertinggi setahun sebelumnya di Agustus 2024.
- Penguatan Rupiah: dari IDR 16.700 ke IDR 16.200 per USD, didorong oleh kebijakan Donald Trump yang gencar melemahkan Dolar AS.
- Penurunan Yield Obligasi: dari 7% ke 6,35%. The Fed dan bank sentral global memangkas suku bunga lebih dari 60 kali selama 2025.
- Kesaktian Investor Domestik: investor lokal mengangkat IHSG lewat saham-saham konglomerasi dan bagger.
- Asing Kembali Masuk: Goldman Sachs menaikkan bobot Indonesia dari Underweight (Maret) ke Overweight (September), menjadikan Indonesia salah satu dari lima pasar favorit global, mengalahkan semua bursa ASEAN.
Strategi September – Desember 2025. Selanjutnya bagaimana?
Investor yang untung dari tema IHSG recovery butuh strategi baru supaya portofolionya tetap cemerlang hingga akhir tahun.
Karena arah IHSG dari September ke Desember lebih sulit diprediksi, maka strategi perlu disesuaikan.
Kuncinya: Fokus investor sebaiknya bergeser dari tema "Recovery IHSG" ke "Ada Apa Dengan Emas?"
"Ada Apa Dengan Emas?" Pesan Tersembunyi di Balik Kenaikan Harga Emas
Saat ini, harga yang paling wajib diikuti dan jadi topik hangat adalah harga emas.
Harga emas sudah melejit ke USD 3.654 pada 12 September 2025, naik lebih dari 40% sejak awal tahun. Sebagai perbandingan:
- IHSG dan S&P500 naik sekitar 10%
- Bitcoin hanya naik sekitar 25% ke level 115.000 USD
Rally emas ini membawa pesan tersembunyi yang penting untuk dicerna investor. Lonjakan ini menandakan tiga perkembangan penting, yang masing-masing mengandung risiko dan peluang.
Hidden Message 1: Risiko Utang Global Meningkat
- Saat utang AS dan negara-negara lain memburuk, dana cenderung berpindah ke emas yang dianggap lebih aman.
- Meski suku bunga dipaksa turun, yield obligasi masih mungkin bisa naik karena beban utang yang terus meningkat.
- Pemindahan dana ke emas baru sampai tahap diversifikasi, dan bisa berlanjut hingga 2026.
- Yield global yang naik bisa berpotensi menular ke Indonesia.
Strategi Saham:
- Add: Saham value, sektor defensif
- Reduce: Saham growth dengan valuasi tinggi
Hidden Message 2: Ancaman Stagflasi
- Data global menunjukkan stagflasi: inflasi tinggi, ekonomi lesu.
- Dana berpindah dari saham ke emas dan saham dividen.
- Harga emas naik seiring inflasi.
- Suku bunga turun paksa, tapi inflasi tetap tinggi.
- Ekonomi global lemah karena pengangguran dan utang tinggi.
Strategi Saham:
- Add: Saham yang diuntungkan inflasi dan dividend income
- Reduce: Saham growth dengan valuasi tinggi
Hidden Message 3: Ketidakstabilan Geopolitik
- Harga emas naik saat krisis geopolitik meningkat.
- Contohnya, pada Maret-Mei 2025, terjadi lonjakan dana ETF ke komoditas saat krisis Timur Tengah memburuk.
- Inisiatif perdamaian Trump belum berhasil penuh.
- Jumlah titik konflik global bisa bertambah di 2026.
Strategi Saham:
- Add: Saham sektor komoditas
Kesimpulan
Menuju akhir tahun, investor perlu menerapkan strategi yang mempertimbangkan tiga pesan tersembunyi dari rally emas:
- Yield obligasi: masih bisa naik, bukan turun
- Saham: perlu siap hadapi risiko stagflasi
- Geopolitik: waspadai risiko risk-off event
Risiko ada, tapi peluang juga terbuka. Periode September–Desember 2025 bukan lagi seperti awal tahun, di mana tema IHSG Recovery begitu dominan dan kesempatan terbuka lebar.
Kini saatnya lebih jeli dan selektif — menambah dan mengurangi jenis saham sesuai kondisi global yang berubah cepat.
Baca juga:
Pelajari Lebih Lanjut